8. Kisah Khalifah Al Mansur dengan Imam Malik radiyaLlahu 'anhu ceritanya begini, suatu hari Abu Ja'far Al Manshur Al Abbasi, Khalifah kedua kekuasaan Abbasiyah, bertanya kepada Imam Malik radiyaLlahu 'anhu,
"Wahai Abu AbdiLlah, apakah aku menghadap RasuluLlah sallaLlahu 'alaihi wasallam dan berdoa atau aku menghadap kiblat dan berdoa?" Imam Malik radiyaLLahu 'anhu menjawab, "Kenapa kamu harus memalingkan wajahmu daripadanya, sedangkan dia adalah wasilahmu dan wasilah ayahmu, Nabi Adam alaihissalam kepada ALlah subahanahu wa ta'ala pada hari qiamat? Oleh itu, menghadaplah kepadanya dan mohonlah syafaat darinya, memang jelas ALlah subahanahu wa ta'ala memberikan (kelebihan) syafaat kepadanya."
(Kisah ini diriwayatkan oleh Abu Hassan Ali bin Fihr di dalam kitabnya "Fahdail Malik" dengan sanad yang tidak mengapa (tidak cacat); diriwayatkan oleh Qadhi 'Iyadh di dalam kitab As Syifa' dari jalur riwayatnya dari beberapa guru di antara guru-gurunya yang thiqah; demikian juga disampaikan ole Imam as Subki di dalam kitab Syifa As Siqam, Al Samhudi di dalam kitab Wafa Al wafa, dan Al Qasthalani di dalam kitab Al Mawahib Al Laduniyyah. Dalam kitab Al Jauhar Al munazzham, Ibnu Hajar berkata, "Ini diriwayatkan dengan sanad sohih," Al Allamah Al Zarqani, di dalam kitab Syarh Al Mawahib berkata, "Sesungguhnya Ali bin Fihr menyampaikan cerita ini dengan sanad yang hasan dan Qadhi 'Iyadh menyampaikan dengan sanad yang sohih.")
Nabi sallaLLahu 'alaihi wasallam pada masa hidup baginda sallaLLahu 'alaihi wasallam dan setelah baginda sallaLlahu 'alaihi wasallam wafat. Mereka sepakat bahawa hal itu tidak diharamkan sama sekali. Inilah pendapat yang kami pegang bahawa bertawassul dengan Nabi sallaLlahu 'alaihi wasallam itu sunnah dan merupakan salah satu bentuk ungkapan doa kepada ALLah subahanahu wa ta'ala yang digalakkan untuk menggunakannya. Tidak dipandang pendapat yang menyendiri (ganjil) dari kesepakatan ulama seperti Ibnu Taimiyah dan orang-orang setelahnya yang mengulang-ulang pendapatnya. Dan, ALlah subahanahu wa ta'ala Maha Tinggi dan lagi Maha Mengetahui.
Sumber : Prof Dr Ali Jum’ah, Penjelasan Terhadap Masalah-masalah KhilafiahAl Bayan – Al Qawin li Tashbih Ba’dhi al Mafahim, .2008, Penerbitan Dar Hakamah, Selangor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.