Senin, 06 Agustus 2012

AKAR PERMASALAHAN PENOLAKAN NASAB ROSULULLAH

Mereka mengingatkan dan menyampaikan pendapat mereka dengan mengutip firman Allah ta’ala yang artinya “Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa” (QS. Al Hujurat:13) kemudian mereka mengikutinya dengan pendapat mereka bahwa “bukan dari keturunan yang mulia” maksud mereka adalah bukan dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.Apa maksud mereka ? Apakah ulama yang sholeh dari kalangan Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mustahil termasuk orang yang paling mulia di sisi Allah ? Apakah ulama yang sholeh dari kalangan Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mustahil termasuk orang paling bertaqwa ?
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

 Ulama yang sholeh dari kalangan Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendapatkan pengajaran agama dari orang tua-orang tua mereka terdahulu yang tersambung kepada Imam Sayyidina Ali ra yang mendapatkan pengajaran agama langsung dari lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sehingga terjaga kemutawatiran sanad, kemurnian agama dan akidahnya. Tidak bercampur dengan akal pikiran manusia yang di dalamnya berunsurkan hawa nafsu atau kepentingan atau tidak bercampur dengan hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi

Jadi dengan terjaga kemutawatiran sanad, kemurnian agama dan akidahnya maka ulama yang sholeh dari kalangan Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih besar kemungkinannya untuk termasuk orang yang paling mulia di sisi Allah atau termasuk orang yang paling bertaqwa. Mereka tampak berupaya bahwa yang akan masuk surga hanyalah di kalangan mereka semata. Selain mereka termasuk Ahlul Bait akan masuk neraka.Semakin jelas ada dikalangan mereka yang memusuhi atau membenci Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dengan sendirinya mereka berdusta ketika bersholawat mengatakan “wa ala ali Muhammad”

 Imam Syafi’i ~rahimahullah bersyair, “Wahai Ahlul-Bait Rasulallah, mencintai kalian adalah kewajiban dari Allah diturunkan dalam al-Quran cukuplah bukti betapa tinggi martabat kalian tiada sholat tanpa shalawat bagi kalian.” Hal yang harus kita ingat selalu adalah mereka menjadi keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah atas kehendak Allah ta’ala. Jadi jika membenci atau memusuhi mereka maka berarti membenci kehendakNya.

Kebencian atau permusuhan mereka terhadap ahlul bait karena mereka tidak dapat mengelola kebencian terhadap sekte atau firqoh syiah. Mereka tidak dapat membedakan antara orang-orang yang sekedar mengaku-aku mengikuti Ahlul Bait dengan ulama yang sholeh dari kalangan Ahlul Bait.

Bagaimana sikap kebencian ini bisa muncul diantara para pengikut Talafut Tholeh , apakah ini merupakan bentuk doktrinasi kalau tidak boleh dikatakan sebagai Taklid Buta kepada masyayihnya oleh sekelompok orang yang mengharamkan Taklid … sebuah ironi
Betapa kerasnya penentangan mereka , dengan bentuk cibiran , cacian serta hasut kepada Dzuriah Rosulullah. Naudzubillah tsuma naudzubilah.

 Mari mencoba menelaah tulisan dari laman yang sering menjadi acuan rekan rekan yang sering mnyerukan kembali kepada Alqur’an dan Assunah sesuai jalan para Salafus Soleh kepada Umat Muslim ( jeruk makan jeruk) tentang kitab Minhâj as Sunna karya Ibnu Taimiyah yang sering menjadi kitab primbon para talafut tholeh yang akan menjelaskan hakikat sikap Ibnu Taimyah terhadap Ali bin Abi Thlaib ra. bahwa Ibu Taimiyah:
A) Penjelasan Ibnu Taimiyyah tentang Sayyidina Ali ra. merupakan Khalifah Rasyid.
B) Penjelasan Ibnu Taimiyyah tentang keutamaan Ali bin Abi Tholib ra.
C) Bantahan dan celaan Ibnu Taimiyyah terhadap golongan Nashibiyyah yang memusuhi Ali bin Abi Tholib dan Ahlul Bait.

Melalui ulasan panjangnya para pengusung pemikiran Taimiyah berusaha menyakinkan kita semua bahwa Ibnu Taimiyah adalah seorang Mukmin (bukan munafiq) yang menghormati dan menyanjung Sayyidina Ali ra. dan berakidah benar tentangnya. Untuk melihat sejauh mana kebenaran apa yang diajukan  para pengusung pemikiran Taimiyah mari kita lihat keterangan di bawah ini.
Dan hanya kepada Allah saya memohon pertolongan dan dengan kedudukan mulia Nabi tercitanya dan Ahlulbait saya bertawassul memohon taufiq-Nya.

Kenashibian Ibnu Taimiyah Telah Ditegaskan Para Ulama Agung Ahlusunnah wal Jamâ’ah 

 Pertama saya tegaskan di sini bahwa yang pertama kali menegaskan bahwa Ibnu Taimiyah(khususnya dalam kitab Munhâj as Sunnah-nya) adalah seorang gembong nâshibi yang tidak segan-segan menghina dan melecehkan Sayyidina Ali (karramallahu wajhahu) adalah para ulama besar Ahlusunnah! Dan mereka ketika menvonisnya demikian berangkat dari kenyataan kentalnya kebencian itu yang mereka saksikan dalam tulisan-tulisan Ibnu Taimiyah sendiri.
Dan walaupun dengan berbelit-belit  para pengusung pemikiran Taimiyah  mengakuinya, seperti akan saya jelaskan nanti, insya Allah.

 Jadi, sebenarnya mudah bagi kita jika memang kita mau mengetahui dengan pasti, sebab para ulama kita telah menjelaskannya dengan bukti dan bukan sekedar tuduhan. Bukan al jarhu al mubham/pencacatan yang tidak jelas, akan tetapi al jahru al mubayyan/pencacatan yang dipertegas dengan bukti nyata tak terbantahkan! Tetapi sayangnya, para pemuja Ibnu Taimiyah tidak pernah mau tau… mereka segera menyumbat telinga-telinga mereka dengan ujung-ujung jari, perssis seperti sikap mereka yang enggan menyambut kebenaran. Allah SWT berfirman

: وَ إِنِّي كُلَّما دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا أَصابِعَهُمْ في‏ آذانِهِمْ وَ اسْتَغْشَوْا ثِيابَهُمْ وَ أَصَرُّوا وَ اسْتَكْبَرُوا اسْتِكْباراً. 

 “Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (QS. Nûh;7)

Para pecinta atau yang terlanjur menyanjung Ibnu Taimiyah tidak harus menelan mentah-mentah apa yang dikatakan ulama Ahlusunnah tentang imam mereka. Tetapi cobalah mengkomfirmasi sejauh mana kebenaran atau kepalsuan apa yang mereka tuduhkan! Perhatikan apa yang ditulis Ibnu Taimiyah, bagaimana ia tidak segan-segan menghina dan melecehkan Sayyidina Ali ra.! Ketika al Hafidz Ibnu Hajar al Asqallâni mengatakan bahwa Ibnu Taimiyah kerena dorongan emosinya dalam menyanggah Ibnu Muthahhar al Hilli, ia tidak jarang menyerang Sayyidina Ali ra. dengan hinaan… apa yang dikatakan Ibnu Hajar itu bukan sebuah bualan kosong. Akan tetapi didasarkan kepada hasil penelitian seksama atas kitab Mihâj as Sunnah! .
Dalam kitab Lisân al Mîzân, 6/319 Ibnu Hajar berkata:

 لكن وجدته كثير التحامل إلى الغاية في رد الاحاديث التي يوردها ابن المطهر وإن كان معظم ذلك من الموضوعات والواهيات لكنه ردَّ في ردِّه كثيراً من الأحاديث الجياد التي لم يستحضر حالة التصنيف مظانها لأنه كان لإتساعه في الحفظ يتكل على ما في صدره والإنسان عامد للنسيان ، وكم من مبالغة لتوهين كلام الرافضي أدتـه أحياناً إلى تنقيص عليّ رضي الله عنه. 

“Akan tetapi aku temukan dia banyak menyerang sampai-sampai ia menolak hadis-hadis yang dibawakan Ibnu al Muthahhar, walaupun kebanyakan darinya itu palsu dan lemah, namun dalam bantahannya (dalam kitab Minhâj as Sunnah-nya) ia banyak menolak hadis yang jayyid (bagus) yang ketika menulis kitab itu ia tidak menghadirkan tempat-temppat di mana hadis-hadis itu diriwayatkan, sebab karena luasnya hafalan, ia mengandalkan apa yang ia ia hafal dalam dadanya. Sementara manusia itu sering mengalami kelupaan. Dan betapa sering, karena berlebih-lebihan dalam melemahkan ucapan ulama rafidhi itu menyeretnya kepada menghina Ali (semoga ridha Allah untuknya).”
 Ini adalah sebuah kenyataan, apapun alasannya! Sebab adalah sebuah kekejian tak tertandingi (apapun alasannya) seorang Muslim menghina-hina Sayyidina Ali ra. sahabat mulia dan menantu agung Nabi saw. yang jasa-jasanya terhadap Islam tak terbalaskan, kecuali oleh Allah SWT! Karenanya, masih kata Ibnu Hajar, para ulama Islam menvonis Ibnu Taimiyah sebagai seorang nâshibi yang munafiq! Ibnu Hajar berkata dalam kitab ad Durar al Kâminah,1/153 dan seterusnya: .

 ومنهم من ينسبه إلى النفاق ، لقوله في علي ما تقدّم ـ أي قضيّة أنّه أخطأ في سبعة عشر شيئاً ـ ولقوله : إنّه ـ أي علي ـ كان مخذولاً حيثما توجّه ، وأنّه حاول الخلافة مراراً فلم ينلها ، وإنّما قاتل للرئاسة لا للديانة ، ولقوله : إنّه كان يحبّ الرئاسة ، ولقوله : أسلم أبوبكر شيخاً يدري ما يقول ، وعلي أسلم صبيّاً ، والصبي لا يصحّ إسلامه ، وبكلامه في قصّة خطبة بنت أبي جهل ، وأنّ عليّاً مات وما نسيها . فإنّه شنّع في ذلك ، فألزموه بالنفاق ، لقوله صلّى الله عليه وسلّم : ولا يبغضك إلاّ منافق.

 “Di antara ada yang menggolongkannya sebagai orang munafik, sebab ucapannya tentang Ali seperti telah lewat (di antaranya yaitu bahwa Ali, ia salah dalam tujuh belas kasus, di mana Ali menentang nash al Qur’an,dan dikarenakan ucapannya bahwa Ali selalu terhina (tidak ditolong Allah) ke mana pun ia menuju. Dan beliau berulang kali berusaha merebut kekhalifahan namun ia tidak berhasil. Ali berperang hanya karena ingin berkuasa bukan demi agama!,dan dikarenakan ucapannya bahwa Ali gila kekuasaan, dan dikarenakan ucapannya bahwa Abu Bakar memeluk Islam di usia tua mengerti apa yang ia ucapkan semantara Ali memeluk Islam di usia kanak-kanak, dan anak kecil tidak sah islamnya,dan dikarenakan ucapannya bahwa tentang kisah (niatan perkawinan Alidenga putrid Abu Jahl, dan sesungguhnya Ali tidak mampu melupakannya hingga ia mati, ia mengolok-oloknya dalam masalah itu.Maka para ulama menvonisnya sebagai munafiq berdasarkan sabda Nabi saw. (kepada Ali), ‘Tidak membencimu melainkan orang munafiq.’”

 Ibnu Hajar al Haitami asy Syafi’i juga menegaskan kenyataan itu dalam kitab al Fatâwa al Hadîtsiah:144. Ia berkata:

 ولم يقصر اعتراضه على متأخري الصوفية بل اعترض على مثل عمر بن الخطاب وعليّ بن أبي طالب رضي الله عنهما كما سيأتي إن علياً أخطأ في أكثر من ثلاثمائة مكان، فيا ليت شعري من أين يحصل لك الصواب إذا أخطأ عليّ بزعمك …


“Kritikannya tidak terbatas hanya kepada kaum Sufi yang terakhir, akan tetapi ia juga mengritik sahabat seperti Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib ra. seperti akan disebutkan nanti. … Sesunnguhnya Ali telah salah dalam lebih dari tiga ratus kasus. Duhai anehnya, lalu dari mana ia mendapat kebenaran jika Ali salah –seperti tuduhanmu?!-

 Sayyid Muhammad bin Aqil al Alawi Asy Syafi’i juga menegaskan kebencian Ibnu Taimiyah kepada Imam Ali ra. dan ia adalah gembong kaum nâshibi. Ia berkata:

 فقولهم بعدم منازعة معاوية علياً في الإمامة مكابرة ظاهرة، ولذلك لم يقل بها كبار أنصاره المجاهدين المباهتين في نضالهم عنه كابن تيمية شيخ النصـب ، مع أنه قد بلغ به اللجاج والغلو إلى أن صرح بتفضيل من يؤمن بنبوة يزيـد بن معاوية على من يسميهم غلاة الرافضة

 “Dan ucapan mereka bahwa Mu’awiyah tidak memberontak Ali untuk merebut imamah/khilafah adalah pengingkaran nyata, karenanya pembesar para pembela Mu’awiyah yang berjihad/ bersungguh-sungguh dalam membelanya dan berjuang untuknya seperti Ibnu Taimiyah Syeikh/gembong paham kenashibian sekali pun tidak berpendapat seperti itu. Padahal ia (Ibnu Taimiyah,_pen) telah berlebih-lebih dalam membedat dan sikap ghuluw, sampai-sampai ia lebih mengutamakan orang yang meyakini kenabian Yazid atas mereka yang ia kecam sebagai Ekstrimis Rafidhah.”[1]
 Allamah Syeikh Muhammad Zahid al Kautsari dalam kitab menjelaskan kenyataan itu sebagai berikut: …

ولولا شدة ابن تيمية في رده على ابن المطهر في منهاجه إلى أن بلغ به الأمر إلى أن يتعرض لعلي بن أبي طالب كرم الله وجهه على الوجه الذي تراه في أوائل الجزء الثالث منه بطريق يأباه كثير من أقحاح الخوارج مع توهين الأحاديث الجيدة في هذا السبيل … “…

Andai bukan karena kekerasan Ibnu Taimiyah dalam bantahannya atas Ibnu al Muthahhar dalam kitab Minhâj-nya sehingga ia MENGHUJAT Ali bin Abi Thalib (karramallahu wajhahu) dengan hujatan seperti yang dapat Anda saksikan pada awal juz 3 dari kitab itu, dengan cara yang tidak mungkin diterima bahkan oleh kaum durnaja dari kalangan Khawairj sekali pun di samping ia melemahkan banyak hadis yang bagus dalam rangka itu…. “ Imam al Hafidz Syeikh Abul Fadhl Ahmad ibn Muhammad ibn ash Shiddîq al Ghimmâri al Hasani (W.1380 H) menegaskan kenyataan kenashibian Ibnu Taimiyah. Beliau berkata:

 بل بلغت العداوة من ابن تيمية إلى درجة المكابرة وانكار المحسوس فصرّح بكل جرأة ووقاحة ولؤم ونذالة ونفاق وجهالة انه لم يصح في فضل علي عليه السلام حديث أصلاً

 “Bahkan permusuhaan Ibnu Taimiyah telah mencapai tingkat menentang kebenaran (dengan tanpa malu) dan mengingkari sesuatu yang nyata. Ia menerangkan dengan penuh kekurang ajaran, kekejian dan kebiadapan, kehinaan dan kemunafikan serta kejahilan bahwa tidak shahih dari keutamaan Ali as. satu hadis pun.

 … بل أضاف ابن تيمية إلى ذلك من قبيح القول في علي وآل بيته الأطهار ، وما دل على أنه رأس المنافقين في عصره لقول النبي صلى الله عليه (وآله) وسلم في الحديث الصحيح المخرج في صحيح مسلم مخاطبـا لعلي عليه السلام (لا يحبك إلا مؤمن ولا يبغضك إلا منافق) كما ألزم ابن تيمية بذلك أهل عصره وحكموا بنفاقه … وكيف لا يلزم بالنفاق مع نطقه قبحه الله بما لا ينطق به مؤمن في حق فاطمة سيدة نساء العالمين صلى الله عليها وسلم وحق زوجها أخي رسول الله صلى الله عليه (وآله) وسلم وسيد المؤمنين ، فقد قال في السيدة فاطمة البتول : أن فيها شبهاً من المنافقين …. 

Bahkan Ibnu Taimiyah menambahkan selain itu berupa ucapan busuk tentang Ali dan Ahlulbaitnya yang suci dan apa yang membuktikan bahwa ia adalah GEMBONG KAUM MUNAFIK di masanya berdasarkan sabda Nabi saw. untuk Ali as. :

 “Tidak mencintaimu melainkan seorang Mukmin dan tidak membencimu melainkan seorang munafik.” Sebagaimana diterapkan oleh para ulama zamannya atas Ibnu Taimiyah dan mereka menghukuminya sebagai orang munafik… Bagaimana ia tidak divonis munafik sementara ia–semoga Allah menjelekkanya- mengucapkan kata-kata keji yang tidak akan diucapkan oleh seorang Mukmin tentang Fatimah penghulu wanita sejagat –semoga shalawat atasnya- dan tentang suaminya, saudara Rasulullah saw. dan penghulu kaum Mukminin. Ia telah berkata tentang Fatimah bahwa padanya terdapat keserupaan dengan kaum munafik!

 وزعم قبحه الله أن علياً عليه السلام مات ولم ينس بنت أبي جهل التي منعه النبي صلى الله عليه (وآله) وسلم الزواج بها ، بل فاه في حقه عليه السلام بما هو أعظم من هذا ، فحكى عن بعض اخوانه المنافقين أن علياً عليه السلام حفيت أظفاره من التسلق على أزواج رسول الله صلى الله عليه (وآله) وسلم بالليل ، في أمثال هذه المثالب التي لا يجوز أن يتهم بها مطلق المؤمنين فضلاً عن سادات الصحابة رضي الله عنهم فضلاً عن أفضل الأمة بعد رسول الله صلى الله عليه (وآله) وسلم .


 Ia (Ibnu Taimiyah) –semoga Allah menjelekkannya- mengaku bahwa hingga Ali mati ia tidak lupa kepada putri Abu Jahal yang hendak ia kawini tapi Nabi saw. melarangnya. Bahkan Ibnu Taimiyah mengucapkan tentang Sayyidina Ali sesuatu yang lebih keji dari ini. Ia mengutip dari sebagian teman munafiknya bahwa kuku-kuku Ali as. Sampai rusak akibat menaiki rumah Nabi saw. untuk mengintip istri-istri Nabi saw. di malam hari dan hal-hal keji seperti itu yang tidak boleh dituduhkan kepada orang Mukmin biasa apalagi pembesar para sahabat ra. Apalagi palimg afdhalnya umat setelah Nabi saw. ... Inilah sekelumit pernyataan dan penegasan para ulama tentang kenashibian (kebencian) Ibnu Taimiyah terhadap Sayyidina Ali –Karramallahu wajhahu-…

dan penegasan mereka itu didasarkan kepada bukti-bukti yang mereka temukan dalam statement dan pernyataan Ibnu Taimiyah sendiri yang tersebar dalam berbagai kitab karangannya terumama Minhâj as Sunnah! Dan bagi Anda yang tidak mengetahui kenyataan ini tidak sepatutnya mengingkarinya, sebab “Yang mengetahui adalah HUJJAH atas yang tidak mengetahui.

” Demikian kaidah yang sebenarnya diterapkan dalam mengkaji sebuah masalah, bukan sebaliknya, ketidak tauan Anda, Anda jadikan dalil untuk membohongkan apa yag diketahui orang lain yang menganggapnya palsu dan tidak ada! Sebagaimana juga tidaklah cukup Anda membawakan serpihan-serpihan pernyataan Ibnu Taimiyah yang mengesankan ia mencintai atau hormat kepada Sayyidina Ali –Karramallahu wajhahu-…. sebab di sini Anda harus membuktikan pertama, bahwa pernyataan itu tanpa tendensi. Kedua, bahwa pernyataan-pernyataan tegas yang menghina dan melecehkan Sayyidina Ali –Karramallahu wajhahu- itu tidak pernah diutarakan Ibnu taimiyah yang sedang Anda bela!

  Kata Ibnu Taimiyah, Sayyidina Ali Berperang Hanya Untuk Mencari Kekuasaan Bukan Demi Agama Allah!

 قال علي: والذي فلق الحبة وبرء النسمة إنه لعهد النبي الأمي إلي: أن لا يحبني إلا مؤمن، ولا يبغضني إلا منافق (صحيح مسلم كتاب الإيمان باب إن حب الأنصار وعلي من الإيمان).

“Ali (bin Abi Thalib) berkata: Demi Dzat Yang membelah biji-bijian dan menciptakan makhluk bernyawa, ini adalah ketetapan Nabi yang Ummi kepadaku bahwa tiada mencintaiku kecuali mukmin dan tiada membenciku kecuali munafik.” (Diriwayatkan Oleh Imam Muslim “Kitab Al Iman Bab Inna Hub Al Anshar Wa Ali Min Al Iman” juga diriwayatkan oleh An Nasa’i, At Turmudzi, Ibnu Majah Dll) .

Dalam hadis diatas Nabi saw menandaskan bahwa salah satu ciri seorang mu’min adalah mencintai Sayyidina Ali ra, dan salah satu ciri atau tanda kemunafikan adalah membenci Sayyidina Ali ra. Para Nashibi (pembenci Ali ra dan keluarga Nabi saw) mengaku-ngaaku sebagai pecinta mereka namun di satu sisi mereka juga menolak keutamaan mereka dan mengumbar pernyataan-pernyataan yang sinis dan melecehkan mereka, disamping itu mereka dengan gigih membela musuh-musuh mereka, salah satu dari toko nashibi ini adalah Imam Agung sekte salafy/wahhabi Ibnu Taimiyah. Tidak sedikit mereka yang memaksa meyakinkan kaum Muslimin untuk percaya bahwa Ibnu Taimiyah (panutan agung kaum Wahhâbi Salafi dan juga Neo nashibi) sangat mencintai dan menghormati Sayyidina Ali ra.! masih kata mereka, Ibnu Taimiyah tidak seperti yang dituduhkan kaum pendusta bahwa beliau membenci Ali ra.! Seakan mereka itu hendak menutupi matahari di siang bolong!

Kebencian Ibnu Taimiyah kepada Sayyidina Ali ra. adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat ditutup-tutupi oleh apapun! Semua juga sudah tau. Hanya mereka yang belum kenal siapa sejatinya Ibnu Taimiyah dan bagaimana sikap dan pernnyataan-pernyataannya tentang Sayyidina Ali ra. dan atau mereka yang tertipu dengan kesesatan para pemuja pohon terkutuklah yang masih mengangggap Ibnu Taimiyah seorang Mukmin sejati dan Syeikhul Islam yang sangat mengagungkan dan mencintai Sayyidina Ali ra.! Ratusan bukti dalam diajukan di sini bahwa Ibnu Taimiyah sangat membenci dan memuntahkan kebenciannya dengan banyak cara, mulai dari memaparkan hujatan dan fitnahan kaum Nashibi (yang tentunya ia adalah salah satu tokohnya, walaupun sering kali mengelak), menolak hadis-hadis keutamaan Sayyidina Ali ra. hingga melecehkan kepribadian, jasa, merendahkan semua keistimewaan dan keuagungan Sayyidina Ali ra. Tidak terkecuali jasa Sayyidina Ali ra. dalam berjihad menegakkan Kalimatullah pun dilecehkan dan difitnah oleh Ibnu Taimiyah (yang kata Pemilik Laman dan kaum nashibi lainnya dibela dan dipuja seakan nabi dan rasul ke dua puluh enam). Dalam kesempatan ini kami akan mengajak Anda untuk menyimak bukti demi bukti kebencian dan kemunafikan Ibnu Taimiyah yang kami ajukan, sehingga menjadi jelas bahwa Ibnu Taimiyah adalah Syeikh Nifâq/Gembong kaum munafik modern, dan bukan Syeikhul Islam! Kecuali jika yang dimaksud dengan Islam di sini adalah Islamnya bani Umayyah yang ditegakkan di atas dasar kemunafikan; kebencian kepada Nabi Muhammad dan keluarganya! Kata Ibnu Tamiyah Jihadnya Sayyidina Ali ra. Hanya Demi Kekuasaan! Perhatikan bagaimana Ibnu Taimiyah memfitnah Sayyidina Ali ra. … ia berkata:

 وَعليٌ قاتَلَ لِيُطاعَ و يَتَصَرّفُ في النفوسِ و الأموال، فكيف يُجعَلُ هذا قتالاً عَلى الدينِ؟

 “Ali berperang agar ia dita’ati dan berbuat sekehendaknya terhadap jiwa-jiwa dan harta-harta, lalu bagaimana peperangan seperti itu dijadikan peperangan demi agama?!”

 Sayyidina Ali ra. yang oleh Rasulullah saw. kecintaan kepadanya sebagai bukti dan sekaligus tanda keimanan…. Sayyidina Ali ra. yang keiskhlasan perjuangan dan jihadnya selama hidup dibanggakan Allah dan rasul-Nya serta diakui seluruh sahabat (tentunya kecuali yang munafik)… kini Sayyidina difitnah Ibnu Taimiyah bahwa perjuangan beliau dalam menegakkan Kalimatullah sebagai seorang yang berperang demi mencari kekuasaan… Agar semua orang tunduk kepadanya… dan agar Ali dapat menguasai harta dan jiwa orang lain!

 Akankah Anda menyalahkan jika setelah mengetahui kenyataan seperti ini (dan ini baru satu bukti dari ratusan bukti lainnya)… akankah Anda menyalahkan jika kemudian ada yang melaknati Ibnu Taimiyah dan menyebutnya sebagai gembong kaum Munafik?! Akankah Anda meragukan bahwa mereka yang masih membela dan menyanjung Ibnu Taimiyah seakan nabi baru yang diutus Allah dengan wahyu-Nya sehingga siapapun yang mengkritiknya berarti keluar dari Islam atau dituduh sebagai Syi’ah (seperti yang dilakukan Saudara Pemilik Lamandengan menuduh Abusalafy sebagai Syi’ah kerena mengkritisi Ibnu Taimiyah!)… akankah Anda ragu bahwa dia adalah juga sedang membela gembong kaum Munafik. Dan seperti firman Allah bahwa kaum munafik satu dengan lainnya itu saling mencintai dan membela! Bahkan lebih dari itu, Ibnu Taimiyah menjadikan Sayyidina Ali ra sebagai perwujudan nyata mereka yang mencari kekuasaan dan berbuat kerusakan di dunia yang kelak akan Allah haramkan baginya surga Allah! Allah SWT berfirman:

 تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُها لِلَّذينَ لا يُريدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَ لا فَساداً وَ الْعاقِبَةُ لِلْمُتَّقينَ 

 Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Qashash [28]; 83)

 Setelahnya Ibnu Taimiyah berkomentar:
 فمَن أراد العلوَ فِي الْأَرْضِ وَ لا الفَسادَ لَم يكن مِن أهل السعادة في الآخرة.

 “Maka barang siapa menginginkan menyombongkan diri di muka bumi dan berbuat kerusakan pastilah ia bukan tergolong orang yang berbahagia di akhirat.” Sekarang bandingkan dengan kata-kata Ibnu Taimiyah bahwa:
عليٌ قاتَلَ لِيُطاعَ … 

“Ali berperang agar ia ditaati….” Kata Ibnu Taimiyah, Demi Kekuasaan Itu, Ali Mmebunuh Banyak Kaum Muslimin Yang Rajin Shalat, Puasa dan Membayar Zakat!

Subhanallah, alangkan busuknya mulut Ibnu Taimiyah! Demi Allah, Anda yang masih memiliki iman pasti akan mencium bau busuk kemunafikan dari kata-kata keji itu! Demikianlah Ibnu Taimiyah menfitnah Sayyidina Ali ra. Salah satu sahabat utama Nabi saw, Perhatikan kata-kata Ibnu Taimiyah di bawah ini:

 و قتل خلقاً كثيراً من المسلمين الذين يقيمون الصلاة ويؤتون الزكاة ويصومون ويصلّون 

“Ali telah membunuh banyak kaum Muslimin yang rajin menegakkan shalat, membayar zakat, berpauasa dan shalat.”[2] Jika demikian, adakah seorang yang lebih jahat di mata Ibnu Taimiyah dari Sayidina Ali ra. dan itulah yang hendak ditanamkan Ibnu Taimiyah kepada para pecandu ocehan sesatnya!

 Jika Anda bertanya kepada Ibnu Taimiyah, Adakah alasan agama yang membenarkan Ali memerangi dan membunuh kaum Muslimin yang shaleh maka jawaban yang tegas dari Ibnu Taimiyah adalah Tidak ada alasan agama apapun yang membenarkan pembunuhan itu oleh Ali! Ali salah! Ali telah berbuat keji dan kejam serta melanggar agama… Ali tidak menghormati darah-daram suci kaum Muslimin yang rajin shalat, puasa dan membayar sakat! Ibnu Taimiyah berusaha keras (dengan membuang semua bukti yang ada) bahwa peperangan Shiffin melawan Mu’awiyah, bahwa Sayyidina Ali lah yang memualai peperangan.. dan bukan Mu’awiyah atau prajuritnya! Ali lah yang memulai menyerang pihak Mu’awiyah! Setelah itu barulah Ibnu Taimiyah menghujat Imam Ali ra sebagai yang harus bertanggung jawab atas terbunuhnya puluhan ribu umat Islam! Ibnu Taimiyah berkata:

 إنَّ القتالَ كان قتالَ الفتنةِ بتَأويل، لَم يكُن من الجهادِ الواجب ولا المستحبِّ. 

“Sesungguhnya peperangan itu (Shiffîn untuk menumpas pemberontakan Mu’awiyah_pen) adalah peperangan fitnah dengan dasar ta’wil. Itu tidak termasuk JIHAD YANG WAJIB DAN TIDAK JUGA MUSTAHAB)

 Peperangan yang dikobarkan Ali itu hanya selera pribadi belaka. Tidak ada nash khusus dari Nabi saw. tidak juga ada nash umum yang membenarkannya! Karenanya mayoritas para sahabat Nabi saw. menentangnya! Demikian Ibnu Taimiyah berfatwa sambil mengetuk palu memvonis salah Sayyidina Ali ra! 

Oleh sebab itu –masih kata Ibnu Taimiyah- Ali berulang kali menampakkan penyesalannya kerena telah mengobarkan peperangan yang puluhan ribu jiwa kaum Muslimin (yang shaleh dan rajin shalat, puasa dan membayar zakat) menjadi korban keganasannya! Memang –demikian kata Ibnu Taimyah- peperangan yang dikobarkan Ali itu tidak menambah kecuali kejahatan dan sama sekali tidak membawa maslahat barang sedikit pun!

 Demikianlah Ibnu Taimiyah dalam berbagai kesempatan berusaha meyakinkan Anda bahwa Ali lah yang harus bertanggung jawab atas semua dampak buruk peperangan itu… dan semua itu akibat pendapat pribadi Ali yang salah… mayoritas pembesar sahabat dan pemuka umat menentangnya! Al hasil, kekhalifahan Ali hanya membawa bencana belaka! Tidak ada maslahat yang dicapai umat Islam darinya! Perhatikan pula dan ikuti bukti-bukti dari ucapan Ibnu Taimiyah di bawah ini Peparangan Jamal dan Shiffîn Adalah Peparangan Fitnah, Para Pembesar Sahabat, Tabi’în dan Seluruh Ulama Islam Membencinya. Hanya Ali Yang Bernafsu Mengobarkannya!

 Ibnu Taimiyah berkata:

أما قتال الجمل و صفين فكان قتالَ فتنةٍ، كرههُ فضلاءُ الصحابة و التابعين لهم بِإحسان و سائر العلماء كما دلت عليه النصوص، حتى الذين حضروه كانوا كارهين له. فكان كاره في الأمة أكثر و أفضل من حامده.

 “Adapun peperangan Jamal dan Shiffîn maka ia adalah peperangan fitnah. Para tokoh sahabat dan tabi’în serta seluruh ulama membencinya, seperti ditunjukkan oleh nash-nash. Bahkan yang menghadirinya mereka membencinya. Dan yang membencinya di kalangan umat Islam lebih banyak dan lebih terpuji ketimbang yang memujinya.!”

 Demikianlah Ibnu Taimiyah berbual dengan tanpa sedikit pun bertanggung jawab dengan menyebutkan walaupun hanya satu bukti saja dari fudhalâ’ sahabat … membencinya! Ibnu Taimiyah berusaha ngotot meyakinkan umat Islam bahwa peperangan Shiffîn dalam menumpas pemberontakan Mu’wiyah itu tidak ada dasar agama yang membenarkannya. Karenanya ia mengulang-ulang ketarangannya di banyak kesempatan. Ia (Ibnu Taimiyah) juga berkata: .

أما قتال الجمل و صفين فذكر عليٌّ رضي الله عنه أنه لَم يكن معه نصٌّ من النبي (ص)، و إنمَّا كان رأيا، و أكثر الصحابة لَم يوافقوه على هذا القتال …

 “Adapun peperangan Jamal dan Shiffîn maka Ali ra. telah menyebutkan bahwa ia tidak punya nash dari Nabi saw. Ia hanya sekedar pendapat. Mayoritas sahabat tidak menyetujuinya dalam peperangan itu.”

Semua itu dikatakan Ibnu Taimiyah tanpa menyebut sedikit pun nash dan atau sanadnya yang menjadi sandarannya, seakan ia menganggap bahwa ucapannnya adalah wahyu Tuhan! Sungguh sebuah sikap konyol yang sangat memalukan,khususnya di hadapan para ulama Syi’ah yang sedang ia kritik dan hujat dalam kitabnya itu! Ibnu Taimiyah –yang salalu menuntut agar lawannya membawakan hujjah dengn sanad yang kuat- ternyata dalam berbagai kesempatan justru hanya membuat malu ulama Ahlusunnah dengan menghujat tanpa bukti dan sanad…. hal demikian ia lakukan berulang kali… seperti ketika berulang kali ia menukil sebuah ucapan penyesalan yang sangat mendalam yang konon katanya diucapkan Sayyidina Ali ra... Sayyidina Ali ra. –kata Ibnu Taimiyah sangat menyesali mengapa ia mengobarkan peperangan-peperangan itu! Ibnu Taimiyah berkata:

 وعلي بن أبي طالب ( رضي الله عنه ) ندم على أمور فعلها من القتال وغيره … وكان يقول ليالي صفّين : لله درّ مقام قامه عبدالله بن عمر وسعد بن مالك ، إن كان برّاً إنّ أجره لعظيم ، وإن كان إثماً إنّ خطره ليسير 

 “Dan Ali bin Abi Thalib ra. menyesali banyak tindakan yang telah ia lakukan baik terkait dengan peperangan maupun selainnya… ia (Ali) berkata pada malam-malam peperangan Shiffîn, “Duhai alangkah tepatnya sikap Abdullah bin Umar dan Sa’ad bi Malik (Sa’ad bin Abi Waqqâsh_pen), jika meninggalkan peperangan ini sebuah kebaikan pasti pahalanya sangat besar dan jika sebuah dosa pasti bahayanya sedikit.”

Pernyatan serupa berulang kali disebut Ibnu Taimiyah dan dalam kesemuanya ia tidak pernah menyebutkan sumber rujukannya…. seperti dalam: 8/145, 8/526 dan lainnya. Sampai-sampai Ali, -seperti dikatakan Ibnu Taimiyah- berkata:

 يا حسن يا حسن ما ظنّ أبوك أنّ الامر يبلغ إلى هذا ، ودّ أبوك لو مات قبل هذا بعشرين سنة 

 “Hai Hasan! Hai Hasan! Ayahmu sama sekali tidak menyangka kalau masalahnya jadi seperti ini! Ayahmu ingin sekali mati dua puluh tahun sebelum peristiwa ini.” Atau:

 وكان علي أحياناً يظهر فيه الندم والكراهة للقتال ، ممّا يبيّن أنّه لم يكن عنده فيه شيء من الادلّة الشرعيّة

 “Dan Ali dalam banyak kali menampakkan penyesalan dan ketidak-sukaannya atas peperangan itu. Hal mana menunjukkan bahwa ia tidak punya satu dalil pun dari dalil-dalil Syari’at (yang membolehkan berperang melawan kaum Muslimin).”

Semua itu kata Ibnu Taimiyah adalah bukti bahwa Ali tidak bunya bukti satu nash dari Nabi saw. tidak satu dalil Syariat pun yang membenarkannnya untuk memerangi kaum Muslimin yang rajin shalat, puasa dan membayat zakat! Dan untuk itu semua Ibnu Taimiyah mesti harus mengkufuri hadis shahih dari Nabi saw. bahwa beliau telah memerintah Ali untuk memerangi tiga kelompok yaitu kaum Nâkitsîn, kaum Bughât/kelompok para pemberontah yang dipimpin Mu’awiyah dan kelompok Mâriqîn / Khawarij ! Ia harus mengkufurinya betapun ia shahih, seperti insya Allah akan kami buktikan nanti dengan membongkar kepalsuan dan penipuan imam kaum penipu; Ibnu Taimiyah dalam masalah ini! Mengapa Sayyidina Ali ra. menyesal? Tentu kata Ibnu Taimiyah adalaah selain ia tidak ada dasar agamanya… peperangan itu telah membawa mudharrat besar bagi umat Islam! Tidak ada maslahat sama sekali bagi umat Islam! Ketika membela Sayyidina Utsman (dan perlu Anda ketahui bahwa beliau tidak sedikitpun dibela oleh kaum Munafik) yang dikecam karena membagi-bagi uang negara untuk keluarganya dan juga membatalkan sebuah ketetapan hukum Islam atas seorang dari mereka… Ibnu Taimiyah membela Sayyidina Utsman dengan menghujat Sayyidina Ali ra.

 و أينَ أخذُ المْاَل و ارتفاع بعضِ الرجال من قِتال الرجال الذين قتِلوا بصفين، و لَم يكن عِزٌّ ولا ظَفرٌ؟… حرب صفين التي لَم يحصل بها إلاَّ زيادة الشرِّ و تضاعفه، لَم يحصل بها من المصلحة شيئٌ.

 “Dan apa arti mengambil harta dan mengangkat sebagian orang untuk menjadi pejabat negara dibanding dengan peperangan yang merengut jiwa banyak orang di Shiffîn. Dan di dalamnya (peparangan itu) tidak ada kejayaan dan kemenangan? … Perang Shiffîn yang tidak terwujud darinya kecuali bertambah dan berlibat-gandanya kejahatan dan tidak ada maslahat sedikit pun.”

 Ia (Ibnu Taimiyah) juga berkata:

 و لَم يحصل بالقتال مصلحة الدين و مصلحة الدنيا، و لا قوتِل في خلافته كافرٌ ولا فرح مسلمٌ 

“Dan tidaklah terwujud dengan peperangan itu maslahat agama maupun maslahat dunia. Dan di masa kekhalifahannya (Ali) tidak seorang pun dari kaum kafir terbunuh dan tidak seorang pun dari kaum Muslimin bergembira.”
 Sungguh sebuah ucapan yang batil yang keluar dari mulut Ibnu taimiyah bahwa tidak seorang pun dari kaum Muslim ini bergembira di masa kekhalifahan Sayyidina Ali dengan kekhalifahan dan pemerintahan beliau ra.! 

Hal ini mendapat pernyataan yang tegas seorang ulama besar Ahlusunnah al Imam asy Syeikh Abdullah al Harari dalam kiatb berharga beliau Al Maqâlât al Sunniyyah Fî Kasyfi Dhalâlati Ahmad ibni Taimiyah, dalam pasal ketujuh dengan judul: Bayân Inhirâfi Ibni Taimiyah ‘An Sayyidina Ali –Radhiyallah ;Anhu-/Penjelasan tentang penyimpangan Ibnu Taimiyah terhadap Sayyidina Ali ra.:

 و لا يلتفت إلى كلام ابن تيمية هذا و أمثاله إلاَّ من ابتُلِيَ ببَلِيَّتِه من فساد لإعتقاد و الإنحراف عن سيدنا عليٍّ رضي الله عنه. فهو في الحَقيقةِ ناصبيٌّ و إن كان في الظاهر يذم الناصبة.

 “Dan tidaklah tertarik dengan pendapat Ibnu Taimiyah ini (menolak hadis Muakhât/Nabi mempersaudara
kan Ali dengan beliau saw._pen) dan yang semisalanya (dalam menolak hadis-hadis shahih keutamaan Sayyidina Ali ra._pen) melainkan orang yang terjangkit juga penyakit yang sama diderita Ibnu Taimiyah yaitu kerusakan i’tiqad dan penyimpangan dari Sayyidina Ali ra.
DAN DIA (IBNU TAIMIYAH) PADA HAKIKATNYA ADALAH SEORANG NASHIBI, WALAUPUN IA BERPURA-PURA MENGECAM KAUM NASHIBI.
” Beliau juga menegaskan: “Dan barang siapa mengetahui apa yang kami telah sebutkan tentang urusan Ibnu Taimiyah yaitu keburukan pendangannya terhadap Sayyidina Ali pasti ia tau bahwa ia (Ibnu Taimiyah) pantas sekali untuk diterapkan ke atasnya hadis Nabi saw. riwayat Muslim bahwa Ali ra. berkata, “Demi Dzat yang membelah biji-bijian dan mencinpta jiwa, sesungguhnya adalah ketetapan Nabi yang ummi bahwa tiada akan mencintaiku kecuali seorang Mukmin dan tidak membenciku kecuali orang munafik.”

Dan hendaknya para pembela Ibnu Taimiyah mengetahui hal ini!” Dan menurut apa yang ditegaskan Imam Abu Zur’ah (seorang tokoh besar Ahli Hadis dan guru Imam Muslim): Jika engkau menyaksikan seorang mencela-cela seorang dari sahabat Rasulullah saw. maka ketahuilah bahwa ia adalah seorang zindîq, sebab sesungguhnya Rasulullah saw. itu haq, Al Qur’an itu haq, apa yang dibawa Nabi itu haq, dan yang menyampaikan itu semua kepada kita adalah para sahabat. Maka siapa yang mencacat mereka sesungguhnya ia sedang berusaha membatalkan Al Qur’an dan Sunnah, karenanya mencacat mereka lebih tepat dan menvonis mereka sebagai zindîq, sesat, berdusta dan kerusakan adalah lebih lurus dan lebih berhak. (“Ash Shawâiq al Muhriqah”; Ibnu Hajar al Haitami, Penutup:211. Juga dalam “Al Ishabah” karya Ibnu Hajar Al Asqallani, I/hal. 18).

Biasanya para salafiyyun nawashib sering mengutip ucapan Imam Abu Zur’ah ini, untuk mengecam pengkritik sahabat yang terkategorikan sebagai munafik berdasarkan nash Nabi saw seperti Muawiyah, akan tetapi mereka bungkam jika yang dikritisi atau dilecehkan adalah Sayyidina Ali ra dan keluarga Nabi saw, sebagaimana yang dilakukan Imam mereka Ibnu Taimiyah, Maka dengan itu dapat dipastikan bahwa Ibnu Taimiyah adalah seorang ZINDIQ TULEN !!

  Kekhalifahan Sayyidina Ali ra. Patut Diragukan! 

 Kebencian dan kesinisan sikap Ibnu Taimiyah terhadap Sayyidina Ali ra.; -Khalifah Rasyidin Keempat umat Islam- adalah bukan hal samar. Semua telah menyaksikan adanya bukti-bukti nyata kebencian dan kesinisan sikap itu dari tutur kata kejinya yang ia tuangkan dalam berbagai kitab tulisannya, khususnya kitab Minhâj as Sunnah! Tetapi anehnya, di kalangan Wahhâbi y berusaha meyakinkan semua pihak bahwa Ibnu Taimiyah sangat mencintai dan menghormati Sayyidina Ali –Karramallahu wajhahu/semoga Allah memuliakan wajah beliau-. Seperti usaha ngotot mereka untuk membodohi kaum Muslim dengan mengatakan bahwa Mu’awiyah –gembong kaum munafik kebanggaan mereka- sangat mencintai dan menghormati Sayyidina Ali!

Dalam menampakkan kebenciannya terhadap Imam Ali ra., Ibnu Taimiyah menempuh banyak cara, mulai dari mengkufuri hadis-hadis shahih Nabi saw. tentang keutamaan Sayyidina Ali, membohongkan jasa-jasa dan perjuangannya atau paling tidak mengecilkan nilainya, hingga menghina dan melecehkan kemuliaan kepribadiannya! Bahkan Ibnu Taimiyah tidak segen-segan meragukan keislaman Sayyidina Ali apalagi sekedar meragukan keabsahan kekhilafahannya! Semua itu gamblang dan tidak samar sedikit pun.

Kekurang-ajaran Ibnu Taimiyah kepada Sayyidina Ali ra. dengan berusaha membangun opini bahkan dengan meyakinkan melalui cara-cara yang berbelit-belit bahwa kekhalifahan Sayyidina Ali ra itu tidak sah… atau paling tidak masih diragukan keabsahannya! Ibnu Taimyah: Kekhalifahan Sayyidina Ali ra. Tidak Memenuhi Syarat! 
Hal nyata dalam sikap Ibnu Taimiyah terhadap kekhilafahan Sayyidina Ali ra adalah ia mengulang-ulang dan meyakinkan para pembaca ulasannya bahwa kekhalifahan Sayyidina Ali ra. belum jelas keabsahannya sesuai dengan setandar Islam! Tidak ada kata sepakat tentang keabsahannya! Renungkan keterangan panjang yang ia (Ibnu Taimiyah) suguhkan kepada para pembacanya:

 إضطرب الناس في خلافة علي على أقوال : فقالت طائفة : إنّه إمام وإنّ معاوية إمام … ، وقالت طائفة : لم يكن في ذلك الزمان إمام عام ، بل كان زمان فتنة … ، وقالت طائفة ثالثة : بل علي هو الامام ، وهو مصيب في قتاله لمن قاتله ، وكذلك من قاتله من الصحابة كطلحة والزبير كلّهم مجتهدون مصيبون … ، وطائفة رابعة تجعل عليّاً هو الامام ، وكان مجتهداً مصيباً في القتال ، ومن قاتله كانوا مجتهدين مخطئين … ، وطائفة خامسة تقول : إنّ عليّاً مع كونه كان خليفة وهو أقرب إلى الحقّ من معاوية فكان ترك القتال أولى 

“Manusia kacau (berselisih sikap) tentang kekhalifahan Ali menjadi beberapa sikap (pendapat):
• Sekelompk berpendapat bahwa ia adalah Imam (Khalifah) dan Mu’awiyah juga Khalifah!
• Sekelompok berpendapat bahwa di masa itu tidak ada Imam (yang sah). Masa itu adalah masa fitnah (kacau).
• Sekelompok berpendapat bahwa Ali adalah Imam dan ia benar dalam peprerangannya melawan pihak yang memeranginya. Demikian pula, para sahabat yang memeranginya, seperti Thalhah dan Zubair juga benar. Semua mereka berijtihad dan benar dalam ijtihad mereka.
• Kelompok keempat berpendapat bahwa Ali lah Imam dan dia berijtihad dan benar dalam ijtihadnya dalam peperangan itu. Dan yang memeranginya lah yang salah dalam ijtihad mereka.
• Kelompok kelima berpendapat bahwa Ali di samping ia sebagai Imam/Khalifah dia lebih dekat kepada kebenaran dibanding Mu’awiyah. Dan meninggalkan berperang itu lebih utama. Dan sudah semestinya mereka semua (baik Ali maupun Mu’awiyah) menahan diri dari berperang.

 Coba Anda perhatikan baik-baik ulasan panjang Ibnu Taimiyah di atas. Bagaimana ia berusaha membangun opini bahwa kekhalifahan Sayyidina Ali itu masih diperselisihkan… tidak ada kata sepakat tentang kebsahan kekhalifahan Ali! Tidak ada ijma’ yang kata Ibnu Taimiyah adalah syarat utama keabsahan sebuah kekhalifahan! Ringkas kata, Ali sebagai Khalifah keempat itu masih belum terbukti… masih belum memenuhi syarat… belum sah! Untuk lebih meyakinkan para pembaca ulasannya yang subyektif dan sangat menyimpang itu, ia menuliskan sebagai berikut:

 ونحن نعلم أنّ عليّاً لمّا تولّى ، كان كثير من الناس يختار ولاية معاوية وولاية غيرهما. 

 “Kami mengatahui bahwa Ali ketika memegang kekuasaan banyak dari manusia memilih kekepimpinan Mu’awiyah dan kekuasaan selai keduanya.”

 Ia juga menulis:

 ومن جوّز خليفتين في وقت يقول : كلاهما خلافة نبوة … وإن قيل : إنّ خلافة علي ثبتت بمبايعة أهل الشوكة ، كما ثبتت خلافة من كان قبله بذلك ، أو ردوا على ذلك أنّ طلحة بايعه مكرهاً ، والذين بايعوه قاتلوه ، فلم تتفق أهل الشوكة على طاعته .وأيضاً فإنّما تجب مبايعته كمبايعة من قبله إذا سار سيرة من قبله. 

 “Dan orang yang membolehkan adanya dua Khalifah di satu masa berpendapat bahwa keduanya (Ali dan Mu’awiyah) kekhalifahannya sama-sama Khalifah Nubuwwah…. dan jika ada yang berkata, “bahwa kekhalifahan Ali telah tetap dengan dibaitnya oleh Ahlu Syaukah (kelompok yang kuat) seperti tetapnya kekhalifahan para pendahulunya, maka mereka (pihak yang tidak setuju) mengritik pendapat ini dengan mengatakan bahwa Thalhah telah membaiatnya dengan keterpaksaan. Dan mereka yang telah membaiatnya berbalik memeranginya. Ahlu Syukah tidak sepakat atas keta’atan kepadanya. Selain itu, ia harus dibaiat jika ia berjalan sesuai dengan kebijakan para Khalifah sebelumnya.”

 Ia juga menambahkan:

 وأما علي فكثير من السابقين الاولين لم يتّبعوه ولم يبايعوه ، وكثير من الصحابة والتابعين قاتلوه 

“Adapun Ali, banyak dari para sahabat dari kalangan Sâbiqûn Awwalûn tidak mengikutinya dan tidak membaiatnya. Banyak dari sahabat dan Tabi’în memeranginya.” Ibnu Taimiyah juga menegaskan: و لَم يك

ن كذلك عليٌّ، فإنَّ كثيرًا من الصحابة و التابعين كانوا يَبْغُضونه و يسُبُّونه و يُفاتلونه. 

 “Ali tidak demikian! Banyak sahabat dan Tabi’în membencinya, mencaci-makinya dan memeranginya.”

 Dan akhirnya, Ibnu Taimiyah berusaha meyakinkan kita semua bahwa separuh dari umat Islam atau lebih atau kurang menolak memberikan baiat setianya… perhatikan apa kata Ibnu Taimiyah:

 ونصف الاُمّة أو أقل أو أكثر لم يبايعوه ، بل كثير منهم قاتلوه وقاتلهم ، وكثير منهم لم يقاتلوه ولم يقاتلوا معه.

 “Dan separuh umat atau kurang atau lebih tidak membaiatnya. Bahkan banyak dari mereka memeranginya dan Ali pun membunuh mereka. Banyak dari mereka tidak memeranginya dan tidak juga perperang di pihaknya/membelanya.”

 Demi Kedengkiannya Kepada Sayyidina Ali, Ibnu Taimiyah Rela Memfitnah Para Sahabat! Ketika borok kebencian telah menggerogoti keimanan seseorang, pasti ia akan menjadi berani berbohong atas nama siapapun demi memfasilitasi kedengkian itu! Itulah yang terjadi pada Ibnu Taimiyah yang demi melampiaskan kedengkiannya kepada Sayyidina Ali ra. ia menjadi buta mata hati. Apapun akan ia lakukan untuk meyakinkan bahwa kedengkiannnya itu beralasan!

 Mengapa aku (Ibnu Taimiyah) disalahkan ketika aku membenci Ali?! Bukankah banyak dari para sahabat mulia membencinya….? para tabi’în dan ulama Salaf juga panutanku dalam kedengkian itu! Salahkah sikapku ini?! 

Demikian kira-kira silat lidah Ibnu Taimiyah untuk menjustifikasi kemunafikannya itu! Karenanya, ia berulang kali meyakinkan para penyembah kesesatannya agar tidak usah terlalu takut membenci dan menghina Ali! Kalau perlu jangan ragu-ragu untuk memeranginya dengan lisan-lisan dan pena-pena kalian! Perangi Ali! Jangan takut, sebab para sahabat para tabi’în dan ulama Salaf Shaleh adalah Salaf kita dalam kedengnkian dan peperangan itu!
Dengan demikian, Ibnu Taimiyah hendak membidik dua sasaran sekaligus:
• Menanamkan keraguan atas keasbsahan kekhalifahan Sayyidina Ali ra.
• Memberi amunisi dan semangat baru bagi siapa yang berminat membenci dan mendengki Sayyidina Ali ra.

Sekali lagi, kami katakan bahwa demi kedengkiannya itu Ibnu Taimiyah memfitnah para sahabat mulia bahwa mereka telah menolak kekhalifahan Ali… memerangi Ali… Membenci Ali… dan mencaci-maki Ali! Ibnu Taimyah memulai fitnahnya dengan mengatakan:

 وأما علي فكثير من السابقين الاولين لم يتّبعوه ولم يبايعوه ، وكثير من الصحابة والتابعين قاتلوه

 “Adapun Ali, banyak dari para sahabat dari kalangan Sâbiqûn Awwalûn tidak mengikutinya dan tidak membaiatnya. Banyak dari sahabat dan Tabi’în memeranginya.”

Ini adalah awal dusta dan fitnah dari Ibnu Taimiyah Tidak cukup di sini, Ibnu Taimiyah juga melanjutkan fitnahnya atas para sahabat mulia:

dan Tabi’în membencinya, mencaci-makinya dan memeranginya. Subhanallah! Kaburat kalimatan takhruju min afwâhihim in yaqûluna illâ kadziban/ sungguh besar dusta yang keluar dari mulut-mulut mereka (kaum munafik dan kafir). Mereka tidak berkata melainkan kepalsuan)!

 Perhatikan hadis Nabi saw. di bawah ini: Dengan sanad bersambung kepada ats Tsawri dari A’masy dari Adi ibn Tsabit dari Zirr ibn Hubaisy, ia berkata, “Aku mendengar Ali as. bersabda:

 وَ الذِي فَلَقَ الْحَبَّةَ و بَرَأَ النَّسَمَةَ إنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِيِّ الأُمِّيْ أَنَّهُ : لاَ يُحِبُّنِيْ إلاَّ مُؤْمِنٌ ولاَ يُبْغِضُنِيْ إلا مُنافِقُ.

 Demi Dzat Yang membelah biji-bijian dan menciptakan makhluk bernyawa, ini adalah ketetapan Nabi yang Ummi kepadaku bahwa tiada mencintaiku kecuali mukmin dan tiada membenciku kecuali munafik.

 Dan kata Allah SWT bahwa kaum munafik tempatnya adalah di neraka! Allah berfirman:

 إِنَّ الْمُنافِقينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَ لَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصيراً إِلاَّ الَّذينَ تابُوا وَ أَصْلَحُوا وَ اعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَ أَخْلَصُوا دينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنينَ وَ سَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنينَ أَجْراً عَظيماً. 

 “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.* Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.”(QS. An Nisâ’[4]:145-146)

 Jadi betapapun kalian bermaksud membela kaum munafik, toh pasti siksa pedih Allah jauh lebih kuat dari pertolongan kalian! Dan akhirnya, Ibnu Taimiyah berusaha meyakinkan kita semua bahwa separuh dari umat Islam atau lebih atau kurang menolak memberikan baiat setianya… perhatikan apa kata Ibnu Taimiyah:

 ونصف الاُمّة أو أقل أو أكثر لم يبايعوه ، بل كثير منهم قاتلوه وقاتلهم ، وكثير منهم لم يقاتلوه ولم يقاتلوا معه. 

 “Dan separuh umat atau kurang atau lebih tidak membaiatnya. Bahkan banyak dari mereka memeranginya dan Ali pun membunuh mereka. Banyak dari mereka tidak memeranginya dan tidak juga perperang di pihaknya/membelanya.”

Demikianlah, Ibnu Taimiyah dengan tanpa dasar apapun berkata… memfitnah para sahabat dan para tabi’în mulia bahwa mereka membenci Sayyidina Ali ra.! sementara kenyataan sejarah membuktikan bahwa yang membenci Ali adalah kaum munafik dari kalangan bani Umayyah dan antek-antek mereka seperti Dajjâl bani Tsaqîf yang bernama Hajjâj bin Yusuf dkk.! Selain itu,bukankah aneh sikap keberagamaan kaum Salafi-Wahhâbi yang Nashibi ini… Mereka mengaku-ngaku berpegang teguh dengan al Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman Salaf; tiga generasi perdana Islam yaitu sahabat, Tâbi’în dan Tâbi’ut Tabi’în! Sementara kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang membenci Ali… memerangi Ali… mencaci maki dan melaknati Ali… Lalu bukankah itu artinya bahwa agama kaum Salafi-Wahhâbi yang Nashibi itu ditegakkan di atas agamanya kaum munafik?!

Kesimpulan Fifnah Ibnu Taimiyah! Dan akhirnya, Ibnu Taimiyah menarik sebuah kesimpulan bahwa karena kenyataan bahwa Ali tidak mampu menjalankan kekhalifahan sesuai fungsinya… dan karena Ali tidak mampu meraih dukungan para sahabat mulia maka umat Islam di masa kekhalifahan Ali lebih memilih kepemimpinan Mu’awiyah! Ibnu Taimiyah berkata menyimpulkan: .

 ونحن نعلم أنّ عليّاً لمّا تولّى ، كان كثير من الناس يختار ولاية معاوية وولاية غيرهما. 

“Kami mengatahui bahwa Ali ketika memegang kekuasaan banyak dari manusia memilih kekepimpinan Mu’awiyah dan kekuasaan selain keduanya.”

Tidak dengan maksud menilai keagungan Sayyidina Ali ra. dengan apapun selain keagungan kepribadiannya, keadilannya, kepatuhannya kepada Allah dan Rasul-Nya dan jasa-jasa besar untuk Islam dan umat Islam! Tanpa bermasud demikian, bahwa sejarah telah membuktikan bahwa telah bergabung bersama Ali para sahabat agung dan as Sâbiqûn al Awwalûn, para sahabat Perang Badr, Uhud dan yang berbaiat di bawah pohon/bai’atur ridhwân dalam menumpas para pemberontak, khsususnya Mu’awiyah dan kelompoknya yang ditegaskan Nabi saw. dalam sabdanya sebagai PENGANJUR KEPADA API NERAKA! Dan mereka menganggapnya sebuah kemuliaan dapat dipilih Allah untuk membela Ali dalam peperangannya itu…. sementara tidak bergabung bersama Mu’awiyah dalam memerangi Sayyidina Ali ra. melainkan sisa-sisa kaum kafir Quraisy, kaum munafik Arab Baduwi dan para penyembah dunia!

 Demi Kedengkiannya Kepada Sayyidina Ali, Ibnu Taimiyah Memfitnah Imam Syafi’i dan Para Ulama Ahlusunnah! Setelah berdusta atas nama sahabat Nabi saw., para tabi’în dan para pembesar ulama bahwa mereka memerangi, membenci dan mencaci maki Khalifah Ali ra…. Kini, demi menyokong kesesatannya dan demi memuntahkan kedengkiannya kepada Sayyidina Ali ra., Ibnu Taimiyah Syeikh Ahli Nifâq berbohong atas nama Imam Syafi’i bahwa beliau (rahimahullah) menolak keabsahan kekhalifahan Khalifah Ali bin Abi Thalib ra.! Seperti diketahui bersama, bahwa kerja ngotot Ibnu Taimiyah (seperti diketahui semua pengamat) adalah bagaimana mananamkan keraguan atas keabsahan Khilafah Sayyidina Ali ra. dan untuk mendukung kesesatan itu ia mencatut nama besar Imam Syafi’i dan para ulama Ahlusunnnah lainnya! Perhatikan, bagaimana Ibnu Taimiyah berdusta:

 وروي عن الشافعي وغيرهم أنّهم قالوا : الخلفاء ثلاثة أبوبكر وعمر وعثمان. 

 “Dan telah diriwayatkan dari Syafi’i dan selainnya bahwa sesungguhnya mereka berpendapat/berkata, “Para Khalifah itu hanya tiga; Abu Bakar, Umar dan Utsman.”

Beginilah cara Ibnu Taimiyah dalam berargumentasi melawan kaum Syi’ah! Apakah ini tidak memalukan kita kalangan Ahlusunnnah, apabila kita mengakui si Nashibi tulen ini sebagai bagian dari Ahlusunnah! Dia yang selalu menolak banyak klaim Al Hilli (ulama Syi’ah yang sedang ia kritik dengan kitab Minhâj as Sunnah-nya itu) dengan memintanya membawakan dalil lengkap dengan sanadnya…. namun kenyataannya ia tak henti-hentinya membawakan data tanpa sanad! Selain itu, Anda berhak bertanya dan meminta kepada Ibnu Taimiyah dan para Taimiyyûn/Penyembah kesesatan Ibnu Taimiyah untuk menyebutkan di manakah dan dalam kitab apakah kita dapat menemukan ucapan Imam Syafi’i itu? Buankah menetapkan kekhlifahan Imam Ali sebagai Khalifah Keempat adalah bagian dari i’tiqâd Ahlusunnah dan hanya kaum Nashibi (pelanjut kesesatan Bani Umayyah) lah yang menolak kekhalifahan Sayyidina Ali?! Lalu apakah dengan dusta itu Ibnu Taimiyah hendak mengeluarkan Imam Syafi’i dari Ahlusunnah?! Bukankah kata-kata Ibnu Taimiyah sebagai bukti nyata apa yang dikatakan para ulama bahwa Ibnu Taimiyah itu sangat mendengki dan membenci Sayyidina Ali ra. Ingat penyataan ulama seperti yang dilaporkan Ibnu Hajar: وكم من مبالغة لتوهين كلام الرافضي أدتـه أحياناً إلى تنقيص عليّ رضي الله عنه. Dan betapa sering, karena berlebih-lebihan dalam melemahkan ucapan ulama rafidhi itu menyeretnya kepada menghina Ali (semoga ridha Allah untuknya).” Apapun alasannya, dengan ratusan pernyataannya yang tersebar dalam kitabnya, Ibnu Taimiyah telah terbukti menghina Sayyidina Ali ra. Dan siapa yang menghina sahabat mulia Nabi saw. pasti ia adalah memendam kekafiran alias ZINDIQ. Sungguh Durhaka Ibnu Taimiyah! Tidak cukup itu, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa masa kekhalifahan Sayyidina Ali ra hanya membawa bencana dan kerusakan bagi agama dan kesengsaraan bagi umat Islam!

  Kata Ibnu Taimiyah, Kekhalifahan Ali Hanya Membawa Bencana Buat Islam dan Kaum Muslimin, Berbeda dengan Kekhalifahan Bani Umayyah, Ia adalah Rahmat! 

Minhâj adh Dhalâlah wa an Nifâq Bukan Minhâj as Sunnah ! Luar biasa kedengkian Ibnu Taimiyah yang ia luapkan terhadap Sayyidina Ali ra… sepertinya tidak ada kata-kata kedengkian beracun kecuali ia muntahkan dalam kitabnya yang ia beri judul Minhâj as Sunnah walaupun nama yang lebih tepat untuknya adalah Minhâj adh Dhalâlah wa an Nifâq/Minhaj Kesesatan dan Kemunafikan. Ibnu Taimiyah memastikan bahwa di masa kekhalifahan Sayyidina Ali ra. Islam tidak tampak! Yang terjadi hanya kekacauan! Pertumpahan darah-darah suci kaum Muslimin yang ia katakan sebagai yang rajin shalat, rajin puasa dan rajin membayar zakat! Semua itu adalah korban ambisi kekuasaan Ali! Bahkan ia katakan sampai-sampai kaum kafir pun mulai berani mengincar untuk mengerogoti daerah-daerah yang telah ditaklukkan para Khalifah sebelumnya! Perhatikan, bagaimana kata-kata beracum itu dimuntahkan Ibnu Taimiyah. Ia berkata:

 فلم يظهر في خلافته دين الاسلام ، بل وقعت الفتنة بين أهله ، وطمع فيهم عدوّهم من الكفّار والنصارى والمجوس.

 “Dan pada masa kekhalifahannya (Ali) agama Islam tidak tampak. Bahkan terjadi fitnah/kekacauan di antara penganutnya. Dan musuh umat Islam dari kalangan kaum kafir, dan Majusi bersemangat membinasakan mereka.”

Islam apa yang Ibnu Taimiyah maksudkan? Apakah Islam yang di dalamnya Ali dilaknati oleh Mu’awiyah dan para aparatnya?Atau Islam yang di dalamnya, khamer dijual bebas dan para khalifah menenggaknya di malam-malam pesta yang biasa digelar di istana Damaskus?Atau Islam yang malam-malam para Khalifahnya diramaikan dengan tari-tarian para penari seksi sambil menyanyikan lagu-lagu bejat bernuansa mesum? Atau Islam yang mana hak kaum lemah ditindas dan digilas?Atau Islam yang setiap saat Sunnah Nabi saw. dilecehkan oleh sang Khalifah fasik bernama Mu’awiyah dan para pelanjutnya?Atau Islam apa yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah?Apakah penyebab tidak tampaknya Islam –seperti fitnah Ibnu Taimiyah itu- adalah Khalifah Ali ra. sendiri?Apakah yang dilakukan Khalifah Ali ra. selama masa kekhalifahan beliau bukan Islam? Apakah hukum yang beliau tegakkan bukan hukum Islam? Sungguh besar kebencian Ibnu Taimiyah terhadap Pahlawan Islam; Ali bin Abi Thalib, Khalifah Keempat dan Sayyidul Itrah/penghulu kelurga dekat Nabi saw.! Lebih lanjut Ibnu Taimiyah mengatakan:

 وأمّا علي فلم يتفق المسلمون على مبايعته ، بل وقعت الفتنة في تلك المدّة ، وكان السيف في تلك المدّة مكفوفاً عن الكفّار مسلولاً على أهل الاسلام.

 “Adapun Ali, maka umat Islam tidak sepakat membaiatnya. Bahkan telah terjadi fitnah/kekacauan pada masa itu. Dan pedang di masa itu (kekhilafahan Ali) tertahan dari dihunuskan ke atas kaum kafir terhunus untuk umat Islam.”

Karena itu semua maka benarlah orang yang menolak keabsahan kekhalifahan Ali! Demikian dikatakan Ibnu Taimiyah!

 وهذا كان حجّة من كان يربّع بذكر معاوية ولا يذكر عليّاً “

Dan ini adalah hujjah bagi orang yang mengakui Mu’awiyah sebagai Khalifah Keempat dan tidak menyebut Ali.”

Kekhalifahan Ali Hanya Bencana dan Petaka Atas Umat Islam! Ibnu Taimiyah selalu membebankan tanggung-jawab semua akibat dari kekacauan yang yang disebabkan oleh pemberontakan yang dikobarkan oleh Mu’awiyah (gembong Penganjur kepada api neraka itu) ke atas pundak Khalifah Ali ra. • Pertumpahan darah kaum Muslimin…. • Terhentinya aktifitas penaklukan daerah-daerah baru (walaupun perlu diketahui bahwa bukan tujuan Islam menaklukan negeri-negeri non Muslim, akan tetapi menyebarkan misi suci dakwah Islam) …. • Dll. Semua itu Khalifah Ali-lah yang harus bertanggung-jawab! Tidak sedikitpun Mu’awiyah dan kaum munafik yang memberontak bersama boleh dipersalahkan atasnya!! Demikianlah logika Ibnu Taimiyah yang bekerja keras untuk menyucikan Bani Umayyah, khususnya Mu’awiyah dan Yazid sesuci-sucinya... kalau bukan karena ketahuan makin nyata kenashibiainnya saya yakin ia akan mengatakan bahwa ayat 33 surah Al Ahzab yang menegaskan kesucian pemiliknya itu turun untuk Mu’awiyah, Yazid, Abu Sufyan dan Tante Hindun! Bukankah aneh, Khalifah Ali yang ia persalahkan dalam semua kemunduran umat Islam saat itu?!

 Tapi itulah Ibnu Taimiyah yang selamanya selalu dibela Pemilik Lamandan kaum Taimiyyûn lainnya. Perhatikan bagaimana Ibnu Taimiyah menulis:

 ولم يكن في خلافة علي للمؤمنين الرحمة التي كانت في زمن عمر وعثمان ، بل كانوا يقتتلون ويتلاعنون ، ولم يكن لهم على الكفّار سيف ، بل الكفّار كانوا قد طمعوا فيهم ، وأخذوا منهم أموالاً وبلاداً. “

 Dan tidaklah pada masa kekhalifahan Ali terdapat rahmat bagi kaum Mukminin yang dauhulu ada di zaman Umar dan Utsman! Tetapi mereka saling berbunuh-bunuhan dan saling melaknati. Pedang mereka tidak terhunus atas kaum kafir bahkan kaum kafirlah yang rakus memerangi mereka. Dan kaum kafir telah berhasil merampar harta dan menduduki daerah kekuasaan Islam.”

Demikianlah Ibnu Taimyah menilai kualitas kekhalifahan Ali ra. Tidakkah para penyanjung kesesatan Ibnu Taimiyah mau bertanya kepadanya, dimanakah kita dapat menemukan data sejarah yang menyebutkan bahwa di masa kekhalifahan Sayyidina Ali ra. ada daerah kekuasaan Islam yang dicaplok kaum kafir? Apa nama kota atau negeri itu? Kaum kafir mana yang mencaploknya? Jika dalam teks di atas Ibnu Taimiyah dengan tegas dan pasti mengatakan hal itu, maka ketahuialah di tempat lain Ibnu Taimiyah terpaksa menampakkan keraguannya sendiri dalam masalah ini. Karenanya Ibnu Taimiyah berkata:

 حتّى طمع فيهم الكفّار بالشرق والشام ، من المشركين وأهل الكتاب ، حتّى يقال إنّهم أخذوا بعض بلاد المسلمين 

 “Sampai-sampai kaum kafir di Timur dan Syam, baik dari kalangan Musyrik maupun Ahlul Kitab bersemangat untuk menyerang kaum Muslimin. Sehingga dikatakan bahwa mereka telah mengambil/mencaplok sebagian negeri kaum Muslimin.”

 Di sini ia terpaksa mengatakan: “Sehingga dikatakan…”! Siapa yang mengatakan bahwa peristiwa sejarah itu dari kalangan sejarawan Islam? Tidak jelas! Ibnu Taimiyah sendiri bungkam mulut! Mungkin setan yang selalu membarengi Ibnu Taimiyah yang membisikkan data sejarah itu kepadamnya! Siapa tau?! Bandingkan Dengan Gambaran Indah Kekuasaan Bani Uamyyah Dalam Penilaian Ibnu Taimiyah! Di samping melecehkan kualitas kekhalifahan Sayyidina Ali ra. dan membebankan ke atas Khalifah Ali ra. semua kemunduran agama… Ibnu Taimiyah menyajikan gambaran indah tentang kekhalifahan bani Umayyah! Perhatikan bagaimana Ibnu Taimiyah melukiskannya!

 بل بنو أميّة بعدهم ، مع انحراف كثير منهم عن علي وسبّ بعضهم له ، غلبوا على مدائن الاسلام كلّها من مشارق الارض إلى مغربها ، وكان الاسلام في زمنهم أعزّ منه فيما بعد ذلك بكثير … وأظهروا الاسلام فيها وأقاموه …

 “… Bahkan Bani Umayyah (yang berkuasa) setelah mereka (Para Khulafâ’)kendati banyak dari mereka itu menyimpang dari Ali dan sebagian dari mereka mencaci-maki Ali, kendati demikian mereka telah mampu menguasai (mengontrol) seluruh kota-kota besar Islam, dari timur hingga barat. Dan Islam di masa mereka jauh belih berjaya dari masa-masa setelah mereka ... Mereka telah menampakkan/membuat unggul dan menegakkan Islam … “

Inilah kelebihan Ibnu Taimiyah! Ia adalah orang yang mampu mewujudkan impian kaum kafir Quraisy yang dipimpin Bani Umayyah dan mencemerlangkan wajah buruk mereka! Bani Umayyah yang dalam sepanjang sejarahnya berjuang keras memerangi Islam dan hanya baru mau tunduk di hadapan kekuatan Islam… dan setelahnya pun mereka tak henti-hentinya berbuat makar… Kini digambarkan sebagai Pengawal Sejati Agama Islam! Bani Umayyah kini berubah menjadi para penguasa yang consern dalam menegakkan Islam! Menjayakan Islam! Kami tidak mengerti, Islam apa yang dimaksud Ibnu Taimiyah telah dijayakan Bani Umayyah?! Islam apa yang ditampakkan Bani Umayyah?! Islam apa yang ditegakkan Bani Umayyah?! Islam yang di setiap pertemuan shalat Jum’atnya dilengkapi dengan melaknati Sayyidina Ali ra.?! Islama yang di dalamnya, para khalifahnya menghabiskan waktu-waktu malam mereka dengan pesta arak dan tari-tarian telanjang bersama biduanita dan para panari lacur?! Islam yang di dalamnya hak-hak kaum lemah digilas dan dirampas?! Islam yang para sahabat mulia Nabi saw. dikejar-kejar dan dibantai hanya karena mereka enggan menuruti perintah Mu’awiyah untuk melaknati Sayyidina Ali ra.?! Islam yang di dalamnya Husain cucu tercinta Nabi saw. dan keluarganya dibantai habis-habisan di padang Karbala?! Al hasil, jika kita mau membicarakan kebobrokan Bani Umayyah, para khalifahnya, umarâ’nya, para pejabatnya dan kejahatan mereka atas agama, bagaimana mereka merusak agama dengan pemalsuan hadis, pemutar-balikan Sunnah dan pemusnahan fatwa maka kita akan menghabiskan berjilid-jilid buku! Karenanya kami cukupkan di sini…. Dan akhirnya, saya menanti pembuktian oleh Taimiyyûn, khususnya Pemilik Lamanyang sangat keberatan apabila Syeikhul Islam mereka dihujat… dibongkar penyimpangannya dan dibuktikan kemunafikannya untuk membelanya sakarang!

Akhirul Kalam tidaklah berlebihan ketika para ulama kita menjatuhkan vonis munafik atas Ibnu Taimiyah, mengingat kekejian kata-katanya dan kebusukan sikapnya terhadap Sayyidina Ali ra.! seperti yang telah lewat disebutkan! Sebab demikianlah sifat dan sikap kaum munafik… membenci Sayyidina Ali ra. dan mencintai dan membela sesama kaum munafik!

 الْمُنافِقُونَ وَ الْمُنافِقاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ. 

 “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama… .”(QS at Taubah;67)

Jadi jelaslah, bahwa Ibnu Taimiyah di mata ulama kita Ahlusunnah adalah “Nashibi” dan Genbong Munafiqûn” di masanya! Imam al Hafidz Syeikh Abul Fadhl Ahmad ibn Muhammad ibn ash Shiddîq al Ghimmâri al Hasani (W.1380 H) menegaskan kenyataan kenashibian dan kemunafikan Ibnu Taimiyah. Beliau berkata:

 بل بلغت العداوة من ابن تيمية إلى درجة المكابرة وانكار المحسوس فصرّح بكل جرأة ووقاحة ولؤم ونذالة ونفاق وجهالة انه لم يصح في فضل علي عليه السلام حديث أصلاً 

 “Bahkan permusuhaan Ibnu Taimiyah telah mencapai tingkat menentang kebenaran (dengan tanpa malu) dan mengingkari sesuatu yang nyata. Ia menerangkan dengan penuh kekurang ajaran, kekejian dan kebiadapan, kehinaan dan kemunafikan serta kejahilan bahwa tidak shahih dari keutamaan Ali as. satu hadis pun.” 

Beliau juga menegaskan:

 … بل أضاف ابن تيمية إلى ذلك من قبيح القول في علي وآل بيته الأطهار ، وما دل على أنه رأس المنافقين في عصره لقول النبي صلى الله عليه (وآله) وسلم في الحديث الصحيح المخرج في صحيح مسلم مخاطبـا لعلي عليه السلام (لا يحبك إلا مؤمن ولا يبغضك إلا منافق) كما ألزم ابن تيمية بذلك أهل عصره وحكموا بنفاقه …

 “…. Bahkan Ibnu Taimiyah menambahkan selain itu berupa ucapan busuk tentang Ali dan Ahlulbaitnya yang suci dan apa yang membuktikan bahwa ia adalahGEMBONG KAUM MUNAFIK di masanya berdasarkan sabda Nabi saw. untuk Ali as. : “Tidak mencintaimu melainkan seorang Mukmin dan tidak membencimu melainkan seorang munafik.”!

 Lalu masihkah para Salafiyyûn Wahhâbiyyûn ‘ngotot’ membodohi diri mereka sendiri dan juga orang lain bahwa Ibnu Taimiyah adalah ulama shaleh yang sangat mencintai dan menghormati Ali dan Ahlul Bait Nabi?!
Dan masihkan para "Talafu Tholeh" ini masih membohongi diri mereka dan membutakan mata mereka dengan  menyandarkan ilmunya kepada seseorang yang masuk dalam “Tidak mencintaimu melainkan seorang Mukmin dan tidak membencimu melainkan seorang munafik.”


Wallahu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.